Saat itu aku berusia tujuh belas tahun. Rangkulan Mamapun juga makin erat. Bokep arab Usapanku itu terus ku lakukan hingga jari tanganku mulai mendorongi daster Mama sedikit demi sedikit. Sementara pelukan Mama kurasa kini sudah erat sekali. Sepanjang perjalanan masuknya kontolku, Mama memejamkan matanya dan melenguh,
“oooooohhhhhh…………. Memek Mama masih mengocoki burungku. Namun karena nasi sudah menjadi bubur, maka kami tetap menunggu giliran kami dipanggil dukun itu. Harus membawa teman lelaki, tetapi tidak boleh membawa suami.”
“Loh, kenapa?”
“Itu memang syaratnya. PLOK! Kalau tidak berat maka kami pasti akan melakukannya,” kata Mamaku. Dapat kurasakan kedua payudara Mama menekan dadaku dari balik daster dan BHnya. Ada kemungkinan begitu, karena aku ingat bahwa dukun bilang Mama hanya boleh bersenggama denganku, sementara sudah duapuluh hari yang lalu kami berdua melakukan hubungan seksual. Pelukan Mama makin erat saja, dan selangkangan kami kini sudah basah kuyup oleh cairan vagina Mama.