Sebulan berlalu. “Ngg.. Playbokep Obrolan kami nyambung. Biasalah, ngabis-ngabisin duit Mama. Mataku langsung menatap ke arah kontolnya. “Eh, Tomi. Karena ada bantuan penerangan dari lampu lemari es. Setelah itu ia kembali asyik menikmati genjotan Willy. Haus. Soalnya dia juga sering bawa cowok ganteng ke kamarnya. Menghentak-hentak. Termasuk saat bercerai dengan Papa. Dari banyak cowok, si Willy yang paling sering dibawa Mama ke rumah. Huh, menyebalkan aja Papaku itu. Kepala kontolnya yang kemerahan seperti jamur melewati pusarnya. Mama tak sadar dengan kehadiranku, karena saat itu ia sedang memejamkan matanya sambil mendesah-desah. Mama enggak bakalan bangun. “Gila lo,” kata Mimi. Ia tetap cuek aja seperti biasanya. Mataku jadi suka mencuri pandang ke arah selangkangannya. Aku dan adik-adikku selalu kompak membela Mama. Ambil penggarisan deh, liat dari titik senti sampai 28 senti, panjang banget kan ukuran segitu. Kalau waktu ada Papa enggak asyik. Kalau waktu ada Papa enggak asyik. Gila!” rutukku dalam hati. Hampir dini hari malah.
