Badannya berbalik lalu melangkah. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Bokep viral Angin menerobos dari jendela. Lalu dikocok-kocok sebentar. Napasnya tersengal. Ia membuncah ketika aku melumat klitorisnya. Si Junior sudah mengeras. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Wien.Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Tapi ia dingin sekali. Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku.“Masih sepi ini..!” kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Sekali. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Aku jelas mendengarnya dari sini.Kembali ruangan sepi. Ini kesempatan kedua. Sekarang sudah lebih lancar. Aku masih di atas angkot. Ketika Si Junior melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. “Ini..,” kutunjuk pangkal pahaku.“Besok saja Sayang..!” ujarnya.Ia hanya mengelus tanpa tenaga.
