Ia menekan-nekan agak kuat. Bokep china Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Aku hanya main dengan tangan. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Aku hanya main dengan tangan. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku. Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Kaki disandarkan di dinding. “Oh ya. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Bergantian Wien kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.Kujilati payudaranya, ia melenguh. Astaga. Angin menerobos dari jendela. Seakan sengaja memainkan Si Junior. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang. Masih ada esok. Atau mau gunting? “Masih sepi ini..!” kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Ah bodoh. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku.
