Suatu hari ia berbicara serius dgnku, mengajakku untuk menjadi “murid”nya. Bokep china Aku menelan ludah:
“agak naikkan bokong (pantat)mu Cah Sara, supaya Kakek gampang nyiumnya” perintahku. Di sana aku melihat seorang wanita dgn memakai T shirt putih dan rok warna coklat duduk di bangku. Sebenarnya, kalau saja yg bicara ini bukan wanita sebahenol Juminten pasti aku sudah menyuruhnya angkat kaki. Erangannya semakin keras (untung saja suara TV di luar sangat keras dgn lagu dangdut, moga-moga erangannya tidak ada yg mendengar). Karena masih berhubungan keluarga, ia sering juga datang dan menginap di rumahku ketika dia lagi “buka praktek” di kotaku. Suaranya tersendat-sendat:
“aduh Kakek, nyuwun sewu, Kakek, saya lingsem (malu) banget..” Wah, ini dia. Dia mengangguk, mengulang lagi kata-katanya yg bego tadi:
“inggih Kakek, kulo nderek kemawon..”. Pinggangnya bagus, meskipun agak sedikit gemuk di perut. Di remas-remasnya rambutku dan setiap kali kepalaku agak merenggang, ditekannya lagi ke kemaluannya.Jangkrik, pikirku. Hanya saja aku semakin pusing dan bingung. Bosen. Pikirku. Dan dgn cepat ia membuka kaos T-shirtnya, meletakkan di kursi. Dia mengangguk, tidak membuka